Minggu, 21 Desember 2008

Tanggapan tentang Apotek K-24

Kehadiran Apotek K 24 cukup fenomenal. Dalam waktu singkat pertumbuhan jumlah outletnya cukup signifikan. Apotek K 24 dikembangkan dengan model franchise. Saya pernah berkunjung ke stand Apotek K 24 pada pameran franchise di JHCC tahun 2006 yang lalu. Saya berkesempatan pula untuk mendapatkan penjelasan singkat tentang model franchise Apotek K 24 yang ditawarkan. Menurut pengamatan saya pengunjung yang mampir ke stand Apotek K 24 kebanyakan adalah calon investor yang ingin membuka usaha. Sayangnya saya tidak tahu persis berapa banyak diantara calon investor yang berkunjung itu berprofesi sebagai apoteker.

Memandang apotek sebagai ladang bisnis memang sah sah saja. Jadi kalau ada pemilik modal tertarik untuk mendirikan apotek baik menggunakan merek sendiri atau bergabung dengan franchisor juga bukanlah hal yang tabu. Masalah baru akan muncul bila hitungan ekonomis tidak sesuai dengan kenyataan.

Untuk bergabung dengan Apotek K24 dibutuhkan modal Rp 650 juta. Perhitungannya dalam tempo 3 tahun modal akan kembali. Royalti yang dikenakan sebesar 1,2% dari omzet. Secara kasar bila BEP dicapai dalam 3 tahun berarti keuntungan bersih per tahun sekitar Rp 220 juta. Semisal keuntungan bersih sama dengan 10% dari penjualan (angka yang cukup potimis) maka omset per tahun minimal harus sebesar Rp. 2 milyar atau Rp. 167 juta perbulan atau Rp. 5.6 juta perhari.

Apakah mudah untuk mendapatkan rata rata penjualan Rp 5,6 juta perhari ? Jawabannya sangat tergantung lokasi. Tapi kalau unsur bisnis menjadi prioritas, biasanya akan muncul kreatifitas. Nah seberapa jauh kreatifitas tersebut sejalan dengan etika profesi ? Inilah yang sulit dijawab. Apalagi kalau sang investor bukan apoteker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar